Rabu, 03 Agustus 2011

Putih diatas Titik Hitam (4)

...
Haduh, hukum karma memang berlaku di dunia ini. Sekarang aku merasakan bahwa rasa sakit jika saat pasangan kita melakukan yang seperti adalah seperti dihujam oleh ribuan paku yang menjadi ranjang dan selimut kita. Setiap melakukan apapun pasti akan terasa sakit. Jika ingin tidak merasakan sakit maka aku harus berhenti “tidur” di ranjang tersebut. Sakit yang kurasakan saat ini sama dengan seperti tersetrum oleh sengatan listrik yang membuat detakan jantung berhenti berdetak sementara. Sesaat, tetapi rasa kejangnya lama untuk disembuhkan. Setiap ingin menghentikan kejang yang dihasilkan oleh sengatan tersebut selalu saja akan merasa sakit dibagian yang disengat listrik.
            Bergerak, mendengar, dan melihat apa yang membuat kita semakin jatuh kedalam rasa sakit adalah hal yang bodoh. Sudah tahu itu pasti akan sakit, kenapa kita lakukan? Terkadang hal itu yang aku pikirkan ketika melihat Rani dengan Dipta. Kalau memang aku menjadi sakit jika melihat itu, untuk apa aku lakukan? Tetapi jika aku tidak melakukannya, aku akan khawatir. Waah susah nih menjadi anak remaja yang terkadang galau sendiri dengan pola pikir yang masih cenderung pendek.
            Kembali kepada topik utama kita, sebuah masalah dalam hubungan kami saat ini semakin kompleks dengan adanya Dipta di antara kami. Disekolah aku menanyakan Dipta, dan Rani menjawab
            “Ohh dia, hihi baik loh dia Ren. Masa hampir setiap hari dia beliin aku es krim”
Kampreeeet!!! Ngapain tuh cowo dalam pikirku…
            “Oh wah hmm yaa… bagus dong, hehe “ (jawabku sekenanya)
            “Dia juga mukanya aga lumayan loh Ren, cocok buat jadi model”
            “Model? Wah ganteng dong..” (anjrit, gua aja ga pernah dibilang gitu sama dia)
            “Iya manis deh.. :D”
Waduh bener bener deh, apa yang kurasakan ini sepeti dibanting seribu kali oleh kekuatan Hulk. Dibawa terbang oleh Superman dan dihantam oleh bebatuan yang dimiliki oleh The Thing. Telingaku terasa panas seperti di kenai senjata dari Iron Man. Aku terperangkap dalam situasi yang tidak memungkinkan aku memutuskan sesuatu dalam jaring Spider-Man. Serta aku terlena oleh rayuan dan kecantikan Poison Ivy, terbawa oleh bermacam-macam tipuan dan muslihat Joker. Merasa dicurangi oleh Lex Luthor, serta dihantui oleh bayang-bayang Scare Crow yang membuat suasana hatiku tidak nyaman dengan adanya Dipta.
            Sudahlah, aku pastikan ini bukanlah penghambat dalam hubungan aku dengan Rani. Kalau aku jantan, aku temui saja si Dipta. Aku ajak bicara baik-baik dan lupakan masalah ini untuk selamanya hahahaha!!
            Wah bener juga, ternyata si Dipta ga ngobrol sama Rani lagi. Entah deh kenapa mereka jadi berjauhan sekarang. Yaudah kabar baik sebenernya ini tetapi sebetulnya apa yang kita lewati saat ini itu diambang-ambang hubungan kita menjadi seorang pacar.
            Aku juga merasa sulit untuk menahan emosi, selalu saja aku terlontar kata-kata amarah yang aku ucapkan kepada Rani. Aku menjadi tidak sabaran dengan pola tingkah Rani. Apa ini juga pelampiasan karena Dipta? Aku yang jelas tidak tahu pasti apa yang aku rasakan. Tetapi aku selalu salut sama Rani, dia selalu saja sabar menghadapi apa yang aku lakukan dan aku katakana kepadanya. Bahkan dia melontarkan candaan kecil sehingga aku tidak jadi marah lagi kepadanya. Sungguh inilah yang aku bilang dari putih diatas titik hitam, dimana jika ada hitam yang menyelimuti maka harus ada putih untuk bisa menyeimbangkannya. Kalau ada yin, maka disitu ada yang. Jika semuanya gelap karena hitam, putih ada untuk member tanda dimana kita sebenernya berada.
Cerita ini hanyalah sebuah relaksasi pikiran dimana tidak ada manusia yang sesempurna penciptanya. Tak ada cahaya jika mereka tidak berusaha untuk menyalakan lampu atau sebagainya.
            Serta biarkanlah angin membawa hubungan kemana akan pergi, tetapi tetap kita adalah beban utama yang bisa menentukan tempat yang tepat untuk mendarat. Aku dan Rani hanyalah manusia biasa dengan segala sifat ketidakpuasan yang dimiliki kami. Sering kami menjumpai masalah, tetapi hanya satu yang kita percayakan untuk memecahkan itu semua. Hilangkan rasa ego, serta kesabaran yang penuh. Mohon maaf jika ending dari cerita ini tidak manjadi penentu diantara semua konflik diatas. Seperi yang dibilang sebelumnya cerita ini hanyalah relaksasi bagi para remaja, bahwa masalah itu tidak diselesaikan dengan galau atau marah-marah belaka. Tetapi kita harus meredam ego kita untuk meredakan masalah yang ada. Sekian, sampai jumpa pada cerita berikutnya.

0 komentar :

Posting Komentar