This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 31 Juli 2011

Putih diatas Titik Hitam 2

Perasaan tak ingin terpisah pun terlihat dari sosok wajahnya yang manja dengan mata berbinar yang selalu saja membuat aku terpana melihatnya. Rani Rani..
            Hari-hari liburan kami kita habiskan bersama sebelum memasuki tahun ajaran baru nanti. Hampir setiap hari kita selalu jalan bersama, seakan kita tak ingin melewatkan masa-masa indah seperti ini. Setiap ada waktu untuk bertemu kita selalu aja jalan berdua, entah makan nonton bahkan Cuma nongkrong di warung kopi. Hadah dasar anak muda. Setelah itu kami pulang dan aku mengantar ke rumah Rani terlebih dahulu. Tetapi saat itu langit sedang tidak bersahabat sama sekali, tiba-tiba saja langit berubah menjadi kelam dan kelabu. Dewa Thor pun sudah memalu petir berkali-kali sehingga membuatku memacu kecepatan motor lebih kencang.
            Akhirnya kami berdua pun sampai ke rumah Rani, bressssss waa hujan sudah tidak bisa dibendung lagi. Deras dan berangin, jadi aku putuskan untuk berteduh dulu di rumah Rani sampai hujannya reda. Ketika aku memasuki garasi mobil rumah Rani, aku tidak melihat mobil ayahnya Rani. Benar saja, ternyata orang tua Rani sedang pergi dan meninggalkan kunci di dekat pot rumah Rani.
            Rumah Rani tidak begitu besar dan tidak juga begitu kecil. Gaya arsitektur rumah tahun 2009 tidak minimalis tetapi terlihat mewah dengan cat berwarna krem dan coklat mudanya. Tampak di depan rumah itu ada sebuah rumah kecil yang biasa digunakan oleh Ayahnya Rani untuk melakukan pekerjaanya. Ayahnya adalah seorang penjahit dan Rani juga selalu cerita betapa sibuk ayahnya melakukan pekerjaanya itu. Ada juga tumpukan kain yang siap untuk dikirim ke toko-toko yang menjual hasil kerja Ayahnya itu.
            Terlepas dari itu, saat ini rumah Rani sekarang sangat sepi. Aku juga jadi merinding melihat kedaan rumahnya yang gelap karena hujan ini. Akhirnya aku duduk dan masuk kedalam rumah Rani. Ruang tamunya sederhana dan aku senang melihat foto-foto keluarga Rani di ruangan tersebut. Rani pun menemani aku duduk dan bicara di ruangan itu.
            Lama kami berbicara untuk memecah keheningan dan derasnya hujan diluar. Udara dingin mulai menerpa kami. Akhirnya Rani menutup pintu rumahnya dan mengajak aku untuk duduk di ruang tengah. Kami berbicara beberapa hal dan sempat bercanda sampai kita guling-gulingan di ruang tengah itu. Kami seakan berasa seperti pengantin baru yang baru saja pindah ke rumah baru. Hahaha aku juga sempat memikirkan hal seperi itu, tetapi aku takut untuk melakukan hal-hal yang aneh karena ini adalah rumahnya Rani.
            “Ren, haus ga?”
            “Hmm iya, emang km mau bikin apa?”
            “Aku bikinin the aja ya, biar anget”
            “Sip deh Ran, hehe aku tunggu”

Tak lama aku menunggu akhirnya Rani pun datang membawa the hangat yang dia buat untuk menemani bercandaan kita. Daaaaan ..
            “Gubraaaak..!!”
            “Awsssh panas Ran!!”
            “Aduh aduh maaf ya Ren, aku ga sengaja kesandung dan numpahin teh ke kamu”
            “Iya ga pp, tapi ini… aduh panas banget. Yah basah semua deh baju aku”
            “Hmm kamu bersihin badan km dulu deh di kamar mandi”
            “Iya iya, aku ke kamar mandi dulu. Mana handuknya?”
            “Nih pake aja punya aku”
Setelah aku membersihkan badanku aku langsung keluar tanpa mengenakan apa-apa dan hanya memakai handuknya Rani karena bajuku basah semua.
            “Ran aku pake baju apa nih?”
            “Hmm Ren tadinya aku mau minjemin baju kakak aku, tapi…”
            “Tapi apa ga ada yang muat atau kegedean semua?”
            “Kan kakak aku ikut pergi, ternyata kakak aku ngunci kamarnya dan aku ga tau dimana kunci cadanganya”
            “Yaah aku pake baju km dong?”
            “Iya udah ga pp, nih muat ga?”
            “Aduh, rada kekecilan sih tapi ga pp deh daripada masuk angin”
Waah kacau deh, aku memakai bajunya si Rani. Ini kalai orang tua Rani tau bisa gawat. Dikira aku abis ngapain sama Rani sampe pake bajunya dia segala. Hujan juga masih belum menunjukan akan reda. Masih deras dan petir bergantian menghantam aliran-aliran negative yang ada dibumi.

Jumat, 29 Juli 2011

Putih diatas Titik Hitam

Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh sebuah pasangan dalam menjalani hubunganya. Terkadang masalah itu bisa menjadi jalan untuk lebih dewasa dalam menyikapi pasangan tetapi ada kala masalah itu bisa membuat hubungan itu berakhir tak ada artinya. Pada intinya setiap ada masalah yang dihadapi oleh sebuah pasangan itu adalah jalan untuk menjadi pasangan yang dewasa dari sebelumnya.
            Selayaknya pasangan yang lainnya, hubungan kami pun sering dilanda masalah. Setiap masalah itu datang silih berganti. Sebuah ironi memang, banyak sekali lagu-lagu cinta yang kita dengar itu menandakan bahwa cinta itu adalah segalanya. Tetapi dalam kenyataanya kita berjalan dengan susah payah. Segala badai kita terjang sampai saat ini, hingga kedewasaan yang kita dapat saat ini. Walau saja kita masih sering terbawa oleh ego masing-masing.
            Kisah cintaku bukanlah kisah cinta layaknya Cinderella dan pangeranya, putri salju dengan kurcaci dan pangeran yang menciumnya, ataupun rapunzel yang akhirnya menikah dengan pangeran tampan yang ia cintai yang berujung bahwa kisah cinta mereka berakhir dengan bahagia selamanya.
            Jujur semua itu adalah idaman bagi para pasangan yang melaksanakan hubungan cinta. Tetapi sayang kehidupan kita lebih terasa disbanding mereka yang berada di negeri dongeng. Lebih nyata ketimbang fiksi yang ada. Akan terasa sakit pula jika kita tak hati-hati melangkah. Serta kita juga tidak hidup dengan penuh kebahagiaan layaknya mereka, begitu juga hubunganku dengan Rani. Banyak yang menyebut kita ini menjalani hubungan tanpa masalah dan menjadi pasangat terawet di sekolah kami. Mereka yang menyebut kita seperti itu hanyalah melihat hubungan pasangan kita dari kulit luarnya saja. Padalah hubungan kami itu tak layaknya seperti bulan di angkasa. Dari jauh kita bisa melihat betapa indahnya cahaya terang bulan yang dipantulkan dari Matahari, tetapi jika kita lebih dekat untuk melihatnya maka akan terlihat bahwa bulan itu tak secantik yang kita lihat. Banyak sekali bongkahan-bongakan dan kawah yang tersebar disana. Seperti itulah hubungan kami.
            Cerita ini menunjukan bahwa kesetiaan akan mengalahkan segalanya di hidup ini. Banyak yang kita lewati serta arungi dalam menjalani hubungan. Kecil, sedang dan sangat rumit kita lewati bersama. Konsistensi akan membantu jalannya pasangan yang baik.
            Saat ini kita akan memasuki jenjang yang baru dan grade yang baru. Kita akan memasuki kelas 3 saat ini. Kelas tertinggi dalam sekte sekolah, muncul kepedean dari bebarapa kaum yang menganggap bahwa mereka yang terbaik. Merasa paling tua diantara adik-adik kelasnya. Sudah mulai menopangkan wajah yang mana dulunya hanya menunduk kalau bertemu dengan kakak kelasnya. Haha lucu memang jika melihat kenyataan ini di sekitar kita. Tapi apa boleh dibuat, inilah realita SMA yang sesungguhnya. Ada juga yang mencoba untuk mencuri hati dari hati adik kelasnya supaya dianggap paling care dan paling baik. Wah wah memang inilah kehidupan.
            Tidak hanya masalah itu saja yang bisa kita nikmati, tetapi kita juga akan menikmati kelas 3 dengan cara kita sebenarnya. Menikmati bahwa di saat inilah kita dituntut untuk lebih serius dalam belajar dalam menghadapi ujian yang akan dihadapi oleh setiap siswa kelas 3 seluruh negeri ini.
            Perasaan campur aduk inilah yang juga dihadapi oleh kami, Rani selalu saja menanyakan akan kemana kita nantinya. Dia tidak sanggup untuk melihat kita akan berpisah dan berada jauh dalam kota yang berbeda satu sama lain. Tetapi aku sudah menjelaskan kronologis kegiatan dan bagaimana hubungan kita selama setahun kedepan.
            “Ran, ga kerasa udah mau kelas 3 ya”
            “Iya Ren, kita makin awet aja yaa.. hehehe”
            “Iya makin awet hehe, tapi bukan masalah itu yang aku maksud”
            “Kita nanti pasti bakal renggang dan pisah”
            “Tuh kok ngomongnya gitu sih, aah bikin liburan badmood aja nih”
            “Ya bukan gitu, tapi kita juga kan harus persiapan buat ujian kelas 3 nanti”
            “Iya, tapi kan sekarang km ngertiin aku dong…”
            “Emang km kenapa Ran?”
            “Iiih km maah, ga perhatian banget sih sama aku!”
            “Iya aku ngerti kalo km pengen nikmatin masa kita kaya gini kan..”
            “Iya Reen, udah yaa jangan rusak suasana ini dulu”
            “Iya iya, yaudah jalan lagi yuk..”
            “Iyaa “
Dari percakapan itu aku sudah menduga bahwa dalam setahun ini aku ga akan terlepas dari Rani, karena memang dia sangat menyayangkan hubungan kita yang sudah lewat selama lebih dari setahun ini.

Sumber: http://facebook.com/adenasta.rizki

Kamis, 28 Juli 2011

THE TRIP 4

 Trip
...
Pada hari ke-4 ini, kami berdua sepakat untuk mengunjungi keraton Jogja. Setelah itu kita akan istirahat karena lusa kita sudah harus pulang ke Jakarta. Untuk jalan-jalan yang saat ini aku sangat bete, karena Rani sepanjang jalan masih saja membahas “DIPTA”. Hedeh suara dan nama itu sejenak menjadi granat bagiku, seperti meledaknya PD II, seperti jatuhnya bom di Nagasaki dan Hiroshima, seperti panjangnya musim kemarau yang diderita oleh Etiopia, nama itu seolah membuat dahagaku timbul, rasa panas dan gerah yang membuatku mengucurkan keringat.
                Akhirnya kupancing saja Rani untuk membahas hal lain selain Dipta, usaha itu cukup berhasil dan kita akhirnya bisa tertawa dan bercanda berkat jurus jitu Rani dalam membuat ku tertawa. Ranii Ranii.. ada ada saja kamu ini. Petang pun tiba, Rani tiba-tiba mendadak menjadi sakit. Aku bingung harus berbuat apa, Rani akhirnya meminta kita untuk segera pulang ke hotel. Setelah sampai depan pintu hotel, si Rani lupa menaruh kunci kamarnya dimana. Aduuh, Ranii Rani kenapa sih km selalu begini, selalu saja km membuat aku repot. Karena si Rani mengeluhkan badannya yang sakit, dengan terpaksa aku mencari kunci itu sepanjang tempat kami tadi berjalan dan makan.
                Langit pun mengeluarkan suara gemuruhnya, tak lama lagi hujan pasti akan datang. Waduh aku harus segera menemukan kunci yang dihilangkan oleh Rani. Aku bertanya kepada satpam hotel, bertanya kepada pemilik warung makan yang tadi kami datangi, serta aku juga menyusuri sepanjang jalan Malioboro untuk mencari kunci tersebut. Sudah 1 Jam berlangsung aku pun belum mendapatkan kuncinya. Hujan pun turun, aku harus segera menemukan kuncinya walaupun kehujanan. Setelah sekian lama aku mencari dalam hujan, kuputuskan untuk pulang saja dan pasrah kalau memang tidak bisa masuk ke kamar.
                Sesampainya di kamar, ternyata pintunya sudah tidak terkunci lagi.Ketika aku masuk ke kamar, si Rani dengan tersenyum dam nyengir menyapaku.
                “Reeenoooo, hehe maaf yaa aku ngerjain kamu tadi”
                “Ran !! heh… hargai aku dikit kenapa sih !”
                “Iaa maaf maaf, aduuh km keujanan yaa. Kasiaaaan”
                “Haalaah , udah aah gua udah ga tahan sama tingkah laku lu tau ga!”
                “Ya gua minta maaf baik-baik reen”
                “Ya tapi lu udah keterlaluan tau ga ngerjain gua”
Malam itu kami bertengkar, kami berdebat hebat sampai kita berdua mengucapkan kata-kata kotor.
                “Ran, lu tu bener-bener ya ga tau diri!!”
                “Ya maaf!! Sorry ganggu liburan lo”
                “Eh bener banget tuh, lu udah ngeganggu apalagi si Dipta tuh.. murahan tau ga!!”
                “Eh apa hak lo ngatain dia gitu?”
                “Halah, sesama murahan mah sama aja. Brengsek lu berdua!”
                “Reno ! kurang ajar lu ya ngomong kaya gitu, gua gitu tuh supaya lu sadar bagaimana perasaan gua saat lu nyakitin hati gua waktu kita pacaran. Sakit ga ? sakit kaan rasanya makanya lu jangan suka nyakitin hati gua ren, sedih gua… (sambil menangis) lu ga tau rasanya gimana waktu itu Reen. Saaakiiitt. Sekarang lu maunya apa? Haaa…”
                “Ya gua ga terima ajaa gitu lu kaya gini, terlebih masalah itu lu udah keterlaluan ngerjain gua Ran, lu kira ga cape keliling buat nyari kunci kamar hotel? Haaaaah!! Kesel gua sama lu, pergi lu!”
                “Oke gua pergi biar lu puaas Ren, bye !”
Rani pergi meninggalkan kamar hotel dan dengan amarah serta air matanya yang terus menetes. Aku hanya bisa duduk terpaku karena tadi dia menyinggungku dengan kelakuanku dulu yang … Haduh, aku harus gimana? Di luar hujan, mau tidur dimana Rani.. Akhirnya aku keluar untuk mengejar Rani. Aku mencari dia sepanjang jalan malioboro sambil basah kuyup karena kehujanan.Akhirnya kutemukan dia di halte dekat ujung jalan.
                Dia duduk termenung sambil terus menangis, aku mendekatinya. Aku minta maaf atas semua perkataan dan perlakuanku tadi kepadanya. Dia hanya bisa menjawab dengan “ Iya” . Huumh, Rani kenapa kamu begini sih…
                Aku rangkul dia dalam dingin dan derasnya hujan di halte itu. Malam sudah menunjukan pukul 22. Jalan ini menjadi sepi dan seraya milik kita berdua saja. Rani juga meminta maaf atas perlakuannya tadi. Akhirnya kita berdua pulang setelah hujan reda, dan kita sepakat untuk melupakan masalah yang barusan.
                Di Hotel, kami berdua mandi dan bersiap untuk istirahat. Rani aku suruh untuk mandi duluan karena tadi dia sangat kebasahan. Setelah itupun aku yang mandi. Sesaat sebelum kita berdua hendak pergi tidur. Rani tiba-tiba memegang tanganku, dia menatap wajahku dengan penuh harap. Hembusan nafasnya tak menentu. Matanya pun tak lepas memandangi wajahku. Ada apa dengan Rani?. Akhirnya aku coba saja untuk memberanikan diri untuk mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Akhirnya hembusan nafas Rani semakin jelas terasa di bibirku. Rani membasahi bibirnya. Aku semakin terbawa suasana pada malam itu. Aroma tubuh Rani semakin tercium ketika dia menyandarkan kepalanya di daguku. Akhirnya datang kesempatanku untuk mengecup kening Rani. Ku kecup pelan serta hangat kening Rani. Rani menerimanya dengan ikhlas dan dia terhening sejenak saat aku kecup.
                Rani menatapku setelah dia ku kecup keningnya, Rani menutup matanya dan membasahi bibirnya. Aku mempunyai pikiran untuk menciumnya pada malm ini. Aku dekatkan bibirku dengan bibirnya yang sudah sedari tadi dia basahi. Aku mulai merasakan aroma bibir Rani, nafas Rani pun meniup hangat bibir kita waktu itu. Kita tak lama kemudian berpagut dalam suasana yang tak kami duga akan seperti ini. Aku merangkul Rani dan dia mendorong ku pelan untuk bisa rebahan di tempat tidur. Setelah itu Rani berada di atasku dan kita kembali berciuman layaknya pasangan suami istri. Ku raba badan serta pinggul rani. Rani hanya berdiam dan melanjutkan permainan lidahnya di mulutku, mulutku terasa sesak tak bisa bernafas. Karena memang Rani tidak memberku ruang untuk itu. Kita berdua terbawa suasana, cumbuan kecil nan sedikit bergairah kita hadapi malam itu. Kita berguling-gulingan di atas tempat tidur, tawa kecil yang dilontarkan oleh Rani membuat suasana menjadi tidak begitu hening. Aku hanya bisa menikmati adegan demi adegan yang kita lakukan dan lewati bersama.
                Setelah itu kami melepaskan ciuman kami, dan Rani gentian mengecup keningku
                “Ren, you’re my first kiss .. Love you…”
                “Yes Ran, me too.. I love you”
                “Hey, how if we continuing our relationship Reno?”
                “Hah? Really. Are you still love me?
                “Yeah, after that kiss. I can feel  me still love you”
                “Okay.. I accept it”
Wah kami balikan setelah ciuman itu. Akhirnya Kami tidur dan beristirahat karena besok kami sudah harus pulang ke Jakarta lagi.
                Di perjalanan menuju stasiun, kami berdua bermesraan dan bergandeng tangan seperti kami baru jadian saat pertama kali. Rasa jatuh cinta bisa kurasakan kembali saat itu. Dan suara demi suara tak kami gubris dan hiraukan karena, Jogja adalah milik kita berdua.
Rani mengucapkan banyak terima kasih kepadaku, karena berkat liburan ini dia bisa mengenal banyak pengalaman baru. Rani juga mengaku bahwa dia sebetulnya tidak ingin memutuskan hubungan kita. Tapi dia terpaksa karena sifat dan kelakuan aku yang senantiasa tidak bisa berubah. Dia berharap, setelah kejadian di Jogja itu aku bisa lebih mengerti Rani luar dalam.
                Benar-benar liburan tak terlupakan, Jogja.. Rani,, seerta kamar kami bernomor 108, Dipta hehe. Semua itu adalah hal-hal yang tak bisa terbayangkan dan terlupakan. Oh ya, kunci kamar kita. Wah yang satu ini sangat tidak bisa dilupakan, karena kunci inilah awal penyebab kita bisa berciuman dan jadian.
                Sepanjang jalan menuju Jakarta aku sungguh tak menyangka bahwa perjalananku kali ini begitu bermakna. Thanks Jogja..

The End 

THE TRIP 3

TRIP

Aku akhirnya berpikir dua kali, dan akhirnya aku tidak mengecup kening Rani. Karena aku berpikir kalau dia terbangun karena kecupan itu dan dia merasa salah paham. Wah bisa gawat deh, karena kita saat ini berbeda keadaanya dengan yang dulu. Status kita saat ini adalah sudah putus. Ku urungkan niatku dan aku mencoba tidur saja. Mungkin lain kesempatan dan lain waktu aku bisa mengecup kening Rani.
                Pagi hari pun datang, Rani masih dalam tidurnya yang lelap. Ku tak tega untuk membangunkannya. Terlebih lagi, dia masih mencengkram tangan kananku. Biarlah, mungkin Rani lebih nyaman dengan keadaan seperti ini. Sarapan datang dan aku tidak memakannya sampai Rani terbangun dan dia merangkulku seperti guling.
                “Reeeeenoo, huuaaaaamh jam berapa sekarang?”
                “Jam setengah 7, ayo bangun sebentar lagi kita sampai”
                “Iaa iaa, aku ke kamar kecil dulu ya….”
                “Iaa cepetan sana”
Setelah itu kami berdua meminum secangkir teh dan memakan roti sebagai sarapan kami yang di sediakan oleh kereta. Tuuuut Tuuuuut, nah akhirnya sampai juga kita di Stasiun Jogja. Perjalanan kali ini terasa aga lama karena kemaren saat di Stasiun Gambir kereta ini telat dan terhenti di tengah jalan karena ada kereta yang keluar jalur.
                Sesampainya di sana kami disambut oleh pihak travel agenku, lalu aku meminta kalau Rani bisa ikut sampai ke hotel. Dan akhirnya Rani di izinkan ikut tapi dia harus membayar tafir seperti naik mobil biasa. Kalau aku karena sudah membayar kepada agen travel jadi tidak perlu membayar lagi.
                Di hari pertama ini kami berdua mempunyai rencana untuk berkeliling Jogja dengan becak dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di sini. Dan selama 5 hari ke depan kami juga sudah mempunyai rencana untuk bisa jalan bersama-bersama menghabiskan waktu liburan akhir tahun di Jogja.
                Di hotel, ternyata kamar lain tidak ada yang kosong. Dan hotel-hotel lain pun juga sudah penuh karena ini adalah musim libur. Dengan terpaksa Rani akhirnya satu kamar denganku. Yasudahlah tidak apa, nanti mungkin aku akan tidur di bawah atau gentian ada yang di bawah atau di atas ranjang.
                Beruntungnya kami, ternyata kamar yang kita tempati lumayan cukup luas. Serta tempat tidurnya cukup untuk 2 orang, jadi tidak ada yang akan tidur di bawah atau gantian.
                “Ren, kita kok ga ditanya ya?”
                “Maksud?”
                “Ya, kan kamu kemaren mesen di agen travel buat satu orang”
                “Oh iya, engga tau deh. Ya biarin aja lah”
                “Hmm tapi nanti malem kami jangan macem-macem loh”
                “Hahaha ya engga lah, aku kan masih pengen sekolah ..”
                “Tapi km kan agak-agak cabul nooo .. hahaha”
                “Dih gini-gini juga dulu km sempet sayang kan”
Setelah kami mandi dan membereskan barang-barang kami. Kami berdua pergi keluar untuk mencari makan siang, kebetulan aku tahu tempat makan yang enak dan murah di sekiktar sini jadi aku coba aja datang kesana. Yaampun, kita berdua seperti pasangan yang sedang bulan madu.. Bayangkan, satu hotel bahkan satu kamar. Dan kalau pergi kemana-mana selalu berdua, sungguh liburan kali ini aku ga akan lupakan.
                Rani memang anak yang manja serta ngeselin, berkali-kali aku selalu dikerjai dia. Saat lagi mandi di hotel dia sengaja masuk ke kamar mandi dengan alasan ada yang ketinggalan, eh dia malah bawa kabur handuk dan bajuku diam-diam. Lalu pada saat aku selesai aku keluar kamar mandi dengan menutup kemaluanku hanya dengan tangan. Dia malah ketawa melihat aku seperti itu. Huuh dasar Rani, dan itu bukan hanya sekali. Tetapi berkali-kali aku dikerjai sama ide usilnya.
                Aku hanya bisa bersabar saja menghadapi sikapnya, mungkin ini cara dia untuk bisa menghibur dan mengisi liburan kita. Ya walaupun itu semua aga membuat kesal tapi aku akan berusaha untuk bersabar menghadapi kelakuannya. Segala keperluannya juga terkadang aku yang menyiapkan, karena dia selalu beralesan repotlah atau sibuk lah. Diih ya pokonya gitu dah, dia memang sangat manja.
                Lama lama aku merasa emosi akan sifatnya yang menganggap kalau aku ini adalah pembantu pribadinya, dan juga dia selalu saja menjaili aku pada saat tidur, makan bahkan setelah mandi. Hari ke-3 kali ini kita berencana untuk pergi ke Candi Borobudur. Acara ini sebetulnya adalah acara paket yang ada pada agen travel yang aku gunakan. Berhubung Rani ingin ikut ya akhirnya dia bisa menumpang dengan membayar lebih ke supirnya.
                Perjalanan liburan kami di Jogja ini sangat menyenangkan, walau si Rani memang aga menyebalkan selama kita ada di sini. Pada saat di Candi Borobudur, Rani sempat berkenalan dengan turis yang bersasal dari Jakarta juga. Rani juga langsung menjadi akrab dengannya. Sial, aku malah menjadi galau gini ketika melihat Rani bercanda dan tertawa bersama orang yang baru dikenal itu. Dih, ngapain sih nih Rani ikut-ikut, coba dia ga ikut pasti aku ga bakal ngerasa jadi emosi gini.
Tapi…wait, kenapa aku malah menjadi marah, bukannya aku dan Rani hanya sekedar teman. Tapi kita ini kan … Ah sudahlah lupakan. Huuuuhf
                “hehe asik deh Ren orang baru itu, kita baru kenal tapi dia langsung bisa membaur”
                “Oh, iya iya.. Siapa namanya?”
                “Adipta, lucu ya orangnya.. Hehe gemesin”
                (sial, kenapa gua jadi cemburu buta gini.. aaahrrggghh bete bete bete bete )
                “kenapa ga lu pacarin aja dia Ran?”
                “Engga aah, eh dia abis ini mau ke Jogja loh. Hehehe”
                “Teruuuus, dia mau bareng kita gitu?”
                “hmm engga kok Ren. Kenapa sih km kaya ga suka gitu”
                “Hmm engga kok, biasa aja. Yaudah balik yuk udah sore”
                “Oke oke, tapi entar kita makan dulu yu kalo di Jogja”
                “Sip deh tuan putri !”
Sesampainya di Jogja jam sudah menunjukan pukul 7 malam, kami berdua langsung melesat ke malioboro untuk mencari makan. Wuiiiiih ramai sekali jalan ini pada malam hari, akhirnya kita memutuskan untuk makan di warung lesehan yang dekat hotel saja supaya gampang dan mudah di akses. Ketika kita berdua sedang menunggu makanan yang kami pesan tiba-tiba dari arah belakang ada suara seorang laki-laki menyapa Rani. Dan… aaaaahrr kenapa dia lagi sih, Dipta yang tadi bertemu di Borobudur ternyata bertemu lagi di tempat makan ini. Duh perusuh dah, kenapa sih dia datang. Yang membuat ku kesal dengan dia adalah ketika dia berkata
                “Oh kalian cuman teman toh, yaa berarti si Reno ga bakal cemburu dong kalo gua deket sama Rani.. Hahahaha” Haaah, cowo murahan lu.
                Gila, jadi kambing congek gua di sini. Ehh nyadar dong lu berdua yang punya hajat siapa? Ini lagi Rani malah ngeladenin si Dipta brengsek. Bete mampus gua. Karena saking kesalnya aku buru-buru menghabiskan makanku dan langsung pergi ke hotel. Rani tapi menyuruh ku untuk menunggunya mengobrol dengan Dipta. Halaah, eh Ran inget dong. Lu bisa tidur di hotel ini kan karena gua. Dasar ga tau terima kasih jadi orang.
                Akhirnya setelah aku memaksa akhhirnya Rani ikut pulang bersamaku. Diperjalanan kami ke hotel, Rani terus saja membahas Dipta itu.
                “Ran udah kenapa sih!! Dipta Dipta .. “
                “Kenapa sih Ren, lu cemburu yaaa…”
                “Kaga.. !”
Malam itu aku sangat kesal sekali dengan Rani, memang tidak bisa dipungkiri aku memang masih sayang dengan mahluk Allah yang satu ini. Berkali-kali aku mencoba untuk melupakan masalah ini, semakin dalam aku terjerumus dalam amarah serta emosi ku.

Bersambung .. 
 Sumber: http://www.naastaa.blogspot.com  

Rabu, 27 Juli 2011

THE TRIP 2

TRIP
....
Akhirnya pertemanan antara ku dengan Septa dapat kembali normal. Kita bisa kembali seperti saat kenal pertama kali. Terlepas dari itu semua aku sekarang ingin mencoba untuk tidak member harapan kosong lagi kepada cewe. Karena aku tidak ingin menyakiti dan mengecewakan cewe lagi. Tak terasa libur tahun akan segera datang, Septa mengajakku untuk jalan berdua dengannya pada saat kita libur nanti. Tapi aku belum langsung untuk memutuskannya. Karena aku masih takut kalau saja nanti Septa seperti dulu lagi dan kita tidak bisa berteman. Akhirnya dengan terpaksa aku bilang padanya kalau aku saat libur nanti tidak bisa jalan berdua dengannya. Untung saja Septa mengerti alasan yang aku berikan dan dia tidak terlalu kecewa karena aku menolaknya.
                Esok harinya saat aku bertemu dengan Rani, kita berdua membicarakan tentang liburan tahun baru nanti. Rani sudah memutuskan untuk liburan bersama orang tuanya , aku masih belum terpikir akan kemana nanti. Ya paling-paling hanya stay at home saja.  Sepulang sekolah aku terbesit untuk mampir ke agen travel untuk melihat berapa tarif yang ditawarkan jika aku ingin berlibur ke Jogja. Setelah dipikir-pikir lumayan juga harga tarifnya, berhubung aku masih mempunyai sisa tabungan akhir  tahun kemaren. Baiklah bulat rencanku untuk tahun baru ini aku pergi ke Jogja untuk berlibur SENDIRI tanpa didampingi orang tua. Haha pengalaman yang menarik.
                Setelah aku bicara kepada orang tuaku untuk meminta izin akan hal ini, mereka malah sangat mendukung pilihanku ini untuk berlibur sendiri. Supaya bisa belajar mandiri dan me manage uang sendiri, kata mereka. Oke Besoknya aku datang lagi kea gen travel tersebut dan aku memesan untuk paket liburan 5 hari. Yup, senang rasanya bisa berlibur sendiri tanpa harus didampingi orang tua. Walau begitu tetap saja kita harus hati-hati karena kita hanya sendiri dan tidak ada teman yang dapat menemani.

                Senin pun tiba, aku sudah mempersiapkan segala keperluanku selama di Jogja nanti. Kedua orang tuaku mengantarkan ku ke Stasiun Gambir. Setelah agak lama menunggu kereta yang kunanti pun tiba. Akhirnya aku masuk dan mencari tempat duduk. Yup orang tuaku pulang dan aku pamit serta minta doa agar aku selamat selama liburan di Jogja. Haaah, cukup sedih ketika melihat mereka berdiam mematung melihatku duduk di gerbong kereta itu. Tapi ini sudah pilihanku untuk berlibur sendiri, mau ga mau aku harus terima resikonya, toh ini juga bahan pembalajaran ketika nanti kalau aku kuliah aku harus di luar kota. Aku mengemasi barang-barangku untuk diletakan di atas. Ketika aku hendak duduk, tanpa sengaja aku menyenggol seseorang dan dia terjatuh.
                “Duuh, punya mata ga sih ?!” bentak orang itu.
                (waduh gawat, orangnya marah. Eit tapi kok suaranya seperti aku kenal) gumamku

Ketika aku menoleh ke belakang. Waaaaaaaaa !! Aku kaget sekali ternyata itu adalah Maharani Dwiputri mantan pacarku yang terjatuh dan aku senggol tadi. Dia pun juga terbelalak melihat bahwa kita ada pada satu gerbong yang sama.
                “Reno !! iihhh kok bisa ketemu di sini sih” kata Rani sambil mencoba berdiri
                “Iya lah, kan gua liburan Ran. Nah lo, ngapain coba?”
                “Ya sama, tapi gua Cuma sendiri karena orang tua lagi sibuk”
                “Hmm gitu… “
Ternyata secara kebetulan kami duduk berdampingan dan kebetulan juga kami ternyata satu tempat tujuan yaitu  “JOGJA”.

                Selama perjalanan kami berbicara dan bercanda, karena memang sangat kebetulan sekali kita berdua ada pada satu kereta, satu gerbong, bahkan satu tempat duduk yang sama. Hmmm lumayan lah ada Rani, jadi perjalananku tidak membosankan.
                “Ran, di sana mau nginep dimana?”
                “hmm ga tau.. hehehe”
                “Lah gimana sih? Stress lu ya..”
                “Diih kok dibilang gitu sih Ren !! aturan bantuin kek nyariin buat mantan lu ini”
                “ Ya tapi kan se engganya lu udah prepare Raniii.. Ga berubah-berubah ya sikap lu”
                “Emang ga berubah weee, ya gimana Ren. Gua juga dadakan beli tiketnya”

                “Yaudah-yaudah nanti gua cariin.”
                “Yeeee baik deh (sambil nyubit hidungku)”
                “Auuuch , issh sakit Ran !!”
                “Biarin, kan dulu waktu kita pacaran lu sering gituin gua. Eh emang lu udah dapet hotel?”
                “Ya udah lah, kenapa?”
                “Engga, yaudah entar gua satu hotel aja sama lu biar ga ribet”
                “Iyaa iyaaa..”
                “Uyee, tapii entar km yang check in buat aku yaaaa…”

                “Lah, siapa yang perlu.. Ogah”
                “Ayolah Renooo, baik deh.. yaa yaa”
                “Yaudah yaudah”
                “Yaah ga ikhlas nih, yaudah gua entar nyari sendiri hotel yang lain!!”
                “Yaampuun dasar anak manja, iaa Maharani Dwiputri…. Saya siap membantu anda”
                “Nah gitu dong.. Sama mantan juga hehehe”
Ini dia jurus terjitu yang dimiliki oleh Rani. Entah kenapa aku selalu bisa terbius akan rayuan dari dia. Seakan terhipnotis, semua kegiatan yang aku lakukan, semua pikiran yang aku pikirkan bisa berhenti sejenak atau malah bisa terlupakan hanya karena Rani meminta sesuatu. Apa aku masih mempunyai rasa ya sama Rani, sehingga aku masih saja bisa menuruti apa kemauan dari Rani. Dia sungguh sosok yang dapat membuat sesuatu yang pahit menjadi manis, suram menjadi cerah, ramai menjadi sunyi, gelap menjadi terang, panas menjadi sejuk, dingin  menjadi hangat, yang susah menjadi mudah, dan hanya karena dialah aku bisa mendapatkan cara untuk bersyukur kepada Allah akan nikmat yang telah diberikannya. Karena aku dapat mengenal serta akrab dengan Rani. Sungguh hanya karena Allahlah semua ini terjadi. Hmm Rani Rani.. Kamu salah satu perempuan yang berperan dalam hidupku.
                Malam pun tiba, Rani sudah merasa ngantuk dan ingin istirahat. Semua percakapan kita terhenti hanya karena masing-masing dari kita semua sudah lelah berbagi canda dan tawa selama perjalanan. Rani dengan santainya bersandar di bahuku, dan sepertinya dia masih menganggap kalau aku ini masih menjadi pacarnya. Tapi …. Bubar bubar, haah jangan menghayal Reno, aku ini sudah tidak ada hubungan lagi dengan Rani. Rani pasti hanya menganggap aku sekarang sebegai teman biasa. Ini semua juga aku yang salah sih, kenapa waktu itu aku ga bisa bersabar untuk menerima sikap Rani yang cuek terhadap hubungan kita. Ya mau gimana lagi, semua sudah terjadi. Kita harus bisa menjalani semua ini dengan penuh kesabaran.
                “Ren.. aku numpang bahu kamu ya, aku mau bersandar”
                “Iaa Ran, ga pp kok. “
                “Makasii….h”
Yaampun, Rani kelihatannya sangat ngantuk. Jadi merasa iba kalau melihat dia seperti ini. Cantik asli wajahnya kelihatan jelas saat ini. Terpantulkan dari cahaya lampu kereta yang meredup karena sudah malam. Sungguh suasana yang romantis. Tanpa tersadar, Rani mencengkram tangan kananku sangat keras. Rani tampak menggigil kedinginan, akhirnya aku selimuti saja dia dengan selimut yang diberikan oleh kereta. Wuaaaa berada dalam satu selimut?? Sumpah. Ini bener-bener ga terbayangkan, secara tidak langsung aku dan Rani tidur dalam satu selimut. Walau ini keadaannya saja yang berbeda, yaampun tidak menyangka sama sekali kalau akan seperti ini. Hanya disinari oleh lampu 5 watt, suara kereta yang terus menerus memberisiki telingaku, dan suara dengkuran dari penumpang lain, hembusan nafas Rani yang sangat terasa di leherku. Sungguh membuatku panas dingin dengan kondisi ini. Aku mencoba memeluk Rani dan tidur. Aku pandang wajahnya, dan seraya aku ingin sekali mengecup keningnya. Ku beranikan diri untuk bisa lebih dekat dengan Rani, hembusan nafasnya serta raut wajah yang kalem. Rani… aku masih sayang sama kamu. Ketika aku sudah mulai ingin mengecup keningnya.

Bersambung .. 
Sumber: naastaa.blogspot.com 

Senin, 25 Juli 2011

THE TRIP I

TRIP

                Hubunganku dengan Rani ternyata tidak dapat dipertahankan sampai kami dapat menjalin hubungan sebagai suami istri, dan dapat menjadi yang halal baginya. Tapi walau begitu aku dapat mengerti betul bagaimana alasan serta perasaan Rani saat dia memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kita. Itu semua memang karena kesalahanku yang terlalu sering membuat dia sakit hati. Membuat hati serta matanya meneteskan air mata hanya karena kelakuanku yang terbilang cukup bejat. Huuuhm, susah memang menjalani itu semua. Dimana semua perbuatan akan mendapat resiko dan kita harus menanggapi itu.
                Saat ini kita hanya berteman , walau begitu aku kadang merasa kita masih merasa ada hubungan yang mengikat. Tapi aku takut hal ini malah membuat Rani semakin sakit hati ketika aku dekat dengan cewe lain. Sulit memang untuk menjalani ini semua, ya tapi mau bagaimana lagi. Aku takut dia malah menjadi cemburu tak bertuan, karena kita saat ini tidak ada hubungan. Tapi kalau kita tetap dekat seperti ini malah nanti dia akan sakit hati lagi.
                Tapi kalau memang ini yang dia inginkan, dan diapilihanyang dia pilih mau gimana lagi. Aku akan mengikuti arus perjalanan hubungan kita seperti air yang mengalir. Semua resiko juga dia yang akan menanggung. Hari-hari berlalu dan aku masih saja menganggap kalau Rani itu pacarku. Memang susah untuk melupakan orang yang sudah sangat kita sayang dan cintai. Dan sekarang malah aku yang merasa sakit hati ketika dia dekat dengan cowo lain. Hadeh, kok malah jadi hukum karma gini.
                Sekarang aku menjadi cemburu buta tak bertuan dengan si Rani, di satu sisi aku memang sayang dengan dia. Akan tetapi aku sekarang tidak ada hubungan yang mengikat denganya. Jadi susah untuk mengapresiasikan amarah serta cemburuku ini kepada siapa. Hal inilah yang membuat aku menjadi berubah sikap, mulai dari kelakuan sehari-hari, gaya berbicara, pola pikiran dll. Semuanya berubah semenjak aku menjadi single.
                Rani pun sempat menanyakan bagaimana kabarku dan sikapku yang berubah. Ya aku jawab saja kalau aku itu lagi kurang fit belakangan ini dan terlalu sibuk sehingga aku menjadi pendiam. Rani memang cewe yang sangat istimewa bagiku, dalam keadaan seperti ini hanya dia yang bisa membuat suasana ku yang tadinya suram dan cemburu buta bisa lupa akan itu semua. Aku dapat tertawa lepas dan melupakan bahwa kita ini sudah putus. Tapi ketika aku mengantarnya pulang sekolah dan aku sampai di gerbang rumahnya, tiba-tiba dia menanyakan kebijakannya tentang putus. Dia memastikan bahwa aku tidak apa-apa setelah putus. Dia sepertinya memang menginginkan hal ini, berkali-kali Rani  berkata    “ kamu ga kenapa-kenapa kan Ren kalau kita gini? Yaa yaa .. “
Dengan berat hati aku mengangguk dan aku mencoba untuk tersenyum dan tegar menatap wajahnya. Setelah itu aku pulang dengan keadaan kacau dan lunglai.
                Sedikit rasa kecewa akan kenapa aku terlalu bodoh membiarkan hal ini terjadi terus menghantuiku. Hanya Sholat yang dapat membuat aku tenang dan akan masalah ini. Mungkin ini memang jalan takdir yang harus kualami karena dulu aku sering membuat Rani sakit hati. Terlepas dari itu semua kini aku dapat menjalin hubungan teman yang baik dengan Rani.
                Aku dan Rani banyak yang mengira kalau kita itu balikan bahkan ada yang bilang kalau kita itu putus bohong-bohongan. Haha biarkanlah orang berkata apa, yang terpenting saat ini aku ingin membuat Rani bahagia dengan status hubungan yang seperti ini. Tapi aku merasa aku bisa menjadi lebih dekat dengan Rani ketika hubunganku seperti ini ketimbang aku pacaran. Tapi ya kita jarang bahkan sudah tidak pernah jalan lagi semenjak kita putus. Biarlah, bukan jalan yang membuat aku dan Rani bisa enjoy dengan status ini, tetapi ketulusan, kepercayaan, dan kasih sayanglah yang membuat itu semua terjalin.
                “Ane, hehehe lagi apa nih ?”
                “Diih kakak ngagetin aja, aku lagi nyiram tanaman nih ka. Kakak baru pulang ya?”
                “Iaa nih, mampir bentar boleh kan.. “
                “Boleh lah, oh iya kk gimana sama Rani? Baik aja kan..”
                “Baik ne, tapi awalnya sih gitu. Aga menyakitkan “
                “Yaah, yaudah pulang dulu sana ka. Bau asem nih kk “
                “Oke oke, nanti lanjutin yaa.. Bye”
Sepulang sekolah aku menyempatkan untuk mampir sebentar ke rumah Ane untuk menyapa dia. Ya aku sebenernya sempat ada rasa suka sih sama Ane. Tapi itu duuuuuluuuuuuu. Hehe dasar ya sifat aku ini memang sangatlah tidak baik. Pantas Rani seperti ini sama aku. Lupakan Ane, saat ini aku akan bersiap untuk les dan aku akan bertemu Septa. Hum jujur setelah kejadian waktu itu aku menjadi merasa tak enak dengan dia. Septa menjadi acuh ketika aku menyapa dia, padahal aku hanya ingin berteman baik dengannya. Mungkin Septa sudah merasa kecewa berat akan sikap aku kepadanya waktu aku memilih Rani sebagai pendamping hidupku. Hari ini aku berencana untuk meminta maaf kepada Septa akan kesalahan yang pernah aku perbuat karena sudah memberi harapan kosong kepadanya.

                Aku sengaja dating lebih awal untuk bisa bertemu dengan Septa dan meminta maaf padanya, yup dia datang lebih awal juga sama sepertiku tetapi dia datang dengan teman-temannya. Aku sempat ingin menggugurkan niat serta rencana untuk meminta maaf secara langsung malam ini. Ketika dia ingin jajan keluar tempat les ini, aku mengikuti dia untuk meminta maaf.
                “Septa, hai .. “
                “Hai, eh lo.. ada apa?”
                “Engga kok, mau jajan ya?”
                “Iya, lu?”

                “Sama, hmmm btw maaf ya Sep buat yang kejadian waktu itu”
                “Oh yang itu, udah lah lupain aja kali. Bikin bĂȘte kalo inget masalah itu”
                “Ups, sorry sorry yaudah deh. Sebagai gantinya gimana kalo gua bayarin?”
                “hmm gimana yaaa? .. hehehe yaudah” Septa nyengir sambil meninju kecil
                “Haha dasar, masalah ginian aja langsung jadi kalem. Tadinya jutek minta ampun”
                “Dih yaudah… biarin lagian sih bikin orang kesel aja weee”

Bersambung ...

Sabtu, 23 Juli 2011

Untitled THE TRIP Part III

NO TITLE

....
Wajah Rani yang tadinya senyum dan bisa merasakan bahagia kok tiba-tiba saja berubah menjadi merenung dan sedih. Ada apa yaa. Itulah hal yang aku pikirkan setelah mengantar Rani pulang ke rumahnya. Apa dia emang punya kelainan dengan perasaan atau memang perasaannya sangat sensitif. Ya sudahlah biarkan, mungkin dia hanya  kecapean karena terlalu sibuk di sekolah.
                Sesampainya aku di rumah, dering hp ku pun berbunyi menandakan bahwa ada SMS yang masuk. Ternyata Rani mengirim SMS.
                “No, kalau kamu emang udah bosen sama aku bilang aja”
                “Bosen kenapa ?”
                “Ya aku tau lah, dari cara kamu ke aku juga udah kaya gitu”
                “Emang ada apa sih Ran, aku masih ga ngerti. Coba Jelasin deh”
                “Septa siapa .. ?”
(aduuh, jangan-jangan tadi dia baca SMS dari Septa kemaren. Waaah gawat gawat)
                Dengan getar getir aku berusaha untuk bisa menjelaskan siapa dan apa yang terjadi antara aku dengan Septa. Mungkin saja selama dia duduk di motor, dia membaca SMS ku dengan Speta. Dan hal itulah alasan kenapa tadi Rani tiba-tiba mukanya langsung kecut.
                “Septa itu teman aku les Ran”
                “Oh yang kaya gitu kamu bilang temen?”
                “Kok kamu bilang begitu sih?”
                “Yaudah lah No, ternyata selama ini anggapan aku itu benar kalau kamu emang playboy!”
                “Ran, maaf yaa”
`               Rani tidak membalas lagi SMS ku semenjak itu, waduh gawat nih kalau sampai berlanjut. Rani pastilah sangat marah dan kesal sama aku. Memang ini semua terlalu beresiko, aku sudah mengira nanti bakal terjadi seperti ini. Apa hubungan ku dengan Rani akan berakhir seperti ini? Sebenernya aku masih sayang sama Rani. Tapi, kenapa Rani itu selalu saja cuek dengan hubungan kita ..?
                “Ya wajarlah no kalo dia marah, udah minta maaf?”
                “Udah kok ne,tapi dia ga bales lagi. Ditelpon juga ga diangkat”
                “Ya biarin aja dulu. Mungkin dia lagi ingin sendiri”
                “Kira-kira ne, hubungan kaya gini bisa langgeng ga ya?”
                “Yah, lagi kaya gini malah ngomongin kaya gituan. Liat entar deh”
                “Yaudah, tks ya ane.. Malam”
                “Malam kakak Rino :D , makanya jangan jadi playboy ka hehe. Piss”
Saat itu juga aku SMS ane untuk curhat, dia bilang memang aku yang salah sih. Yasudahlah kita liat aja untuk kedepan akan seperti apa.
                Besoknya aku coba untuk bertemu dan berbicara dengan Rani. Dia masih belum bisa terima kondisi ini. Walau sudah aku jelaskan semuanya ke Rani. Tapi di satu sisi, aku juga malah semakin terjerumus kedalam perasaan ke Septa. Septa selalu saja memberikan perhatian setiap saat.
                Septa memang gadis yang manis, cantik, smart dan asik bila diajak jalan. Rani adalah gadis yang cantik, baik, penyabar, penyabar, dan dia selalu ada ketika ku butuh. Tapi Rani tidak bisa seperti Septa yang bisa di ajak enjoy dan ceria. Selalu saja kita bersikap dingin atas hubungan kita. Penyebab hal inipun aku juga tidak tahu. Apa yang terjadi pada Rani sehingga dia selalu saja cuek terhadap ku.
                Aku akhirnya mencoba untuk mendekati sahabatnya Rani di sekolah, setelah mendengar penjelasan dari sahabat Rani tersebut aku langsung ingin menangis serta meminta maaf kepada Rani. Karena alasan kenapa Rani selalu saja bersikap cuek dengan aku adalah aku dianggap Rani seperti orang yang tidak mengerti perasaannya. Dia ingin aku cemburu apabila dia sedang dekat dengan cowo lain, dia juga menginginkan aku lebih protect terhadapnya, dan juga yang paling membuat dia jutek adalah karena aku sering melakukan kontak dengan cewe lain di Facebook, twitter, SMS bahkan secara langsung. Duuh sungguh sangat menyesal, kenapa ya aku lakukan itu semua. Aku melakukan itu kan juga karena aku tidak mendapat perhatian dari Rani. Sehingga akupun mencari kehidupan lain dengan melakukan kontak dengan cewe lain.
                Aku harus menemui Rani dan menjelaskan semuanya. Masalah ini jangan sampai terlarut hingga berakhir buruk. Di saat seperti ini Septa selalu saja mencoba untuk mendapatkan perhatianku, maaf Septa hatiku memang pernah bersinggah di hatimu untuk sementara. Tetapi hati yang sesungguhnya aku pilih adalah Rani, karena ada cinta yang bersemi serta sudah tertanam dalam dalam hati.
                Aku sudah jelaskan semuanya kepada Rani, Rani pun juga menerima penjelasan serta alasan ku untuk bertindak apa yang aku lakukan selama ini. Kita pun mempunyai komitmen untuk tidak melakukan ini lagi. Dan kita juga berharap hal ini tidak akan terulang lagi. Di satu sisi, Septa menjadi kesal terhadap apa yang aku berikan padanya. Aku member tahu bahwa aku sudah memiliki pacar bernama Maharani, awalnya dia tidak percaya. Tetapi setelah dia memeriksanya di hp, dia tiba-tiba saja langsung marah dan kesal. Maaf Septa, bukan maksud tuk membuat hatimu kacau seperti ini. Tapi cintalah yang telah memilih untuk aku bisa kembali bersama Rani.


               the end ..