Jumat, 22 Juli 2011

Untitled THE TRIP Part II

NO TITLE
....

Di sini aku berkenalan dengan cewe bernama  Septa Veriskania, aku lumayan dekat sih dengan dia. Walaupun aku punya Rani, tapi tetep aja aku lebih merasa nyaman apabila aku dekat dengan Septa. Karena Rani tidak pernah bisa membuat aku memiliki rasa untuk bisa tertawa dan suasananya menjadi hangat. Apa yang selama ini aku ingin dari Rani bisa aku dapat dari Septa secara tidak langsung. Memang apa yang aku lakukan ini sangatlah tidak manusiawi, karena aku secara tidak langsung sudah menduakan cinta Rani.
                Tapi di satu sisi akupun berpikir, kalau Rani sampai tahu aku berbuat begini. Bagaimana perasaannya ? pasti akan sakit. Tapi selama ini, aku dengan dia pun juga tidak pernah menjalin hubungan yang nyaman. Selalu saja kita bersikap dingin satu sama lain. Membingungkan.
                “Sep, Sabtu besok mau jalan ga ? “
                “ Kemana no..?
                “ Ya.. kita sekedar jalan biasa aja,nonton gitu”
                “Siapa aja ?”
                “Berdua aja gimana?”
                “Yaudah, janjian jam 11 ya no..”
                “Oke Sep..”

                Akupun memutuskan untuk jalan berdua saja dengan Septa, karena Rani selalu saja ada alasan jika aku minta untuk jalan berdua. Antara aku dan Rani memang sangatlah rumit hubungannya.
                Ketika aku jalan dengan Septa, aku bisa merasakan hal yang tidak biasa aku rasakan. Di sini aku bisa merasakan kehangatan dari ramahnya senyum serta tawa yang dikeluarakan oleh Septa. Akupun sempat tertarik untuk melihat senyumnya lebih lama. Karena memang aku merasakan ada hal yang berbeda di hatiku setelah melihat senyumnya . AKU JATUH CINTA LAGI ?? Yap, sepertinya itu yang aku rasakan. Waduh, sangatlah gawat jika ini berlanjut. Mau aku kemanakan si Rani??
                “Brengsek banget lo no !!” bentak  Ane
                “Ya, mau gimana lagi ne. Sekarang Rani aja udah ga begitu peduli ke gua, jadi wajar dong”
                “Tapi ga sampe begitu  Aulrenno Dimaswara …”
                “Gua tau, gua emang parah. Tapi kalo lu kondisinya kaya gua gimana?”
                “Ya juga sih, lu engga sepenuhnya salah. Tapi gua kasihan sama Rani”
                “Jangan bilang Rani dulu ne, takutnya nanti jadi salah paham”
                “Oke oke, udah sana pulang. Udah malem no”
                “Sipp, bye Ane ..”
Saat aku pulang dari jalan bersama Septa aku langsung menghampiri Ane untuk bicara mengenai apa yang aku rasakan. Dan sepanjang jalan dari rumah Ane menuju ke rumahku, aku merasakan hal yang sangat aneh. Suka, senang, panik, merasa bersalah, takut jadi satu. Disatu sisi aku merasa bahwa aku sedang merasakan hatiku seperti ada yang memberikan sensasi luar biasa, tapi aku juga merasa bahwa aku adalah apa yang Ane katakan tadi.
                Sejenak aku merenung atas apa yang telah aku lakukan, aku seperti manusia yang tidak bersyukur. Aku telah mendapatkan Rani yang sangat baik dan sabar. Tetapi aku malah menjalin hubungan lain dengan Septa, seorang yang baru aku kenal di tempat les. Rani dan Septa sebenernya berasal dari daerah yang sama Bandung. Tapi mereka kok punya kebiasaan dan sikap yang beda ya?
Rani jika bersamaku selalu saja sikpanya itu dingin, dan enggan untuk berbicara denganku. Sedangkan Septa, dia selalu saja bisa member topic pembeciraan yang mengundang senyum dan gelak tawa diantara kita.
                Sungguh sebuah jalan serta pilihan yang rumit untuk ditempuh. Jika aku adalah atlet sepeda, mungkin aku sedang menghadapi jalan tanjakan yang terjal. Atau jika aku menjadi peserta OSN, aku sedang menhadapi soal yang sulit untuk dipecahkan. Atau mungkin antara Arsitek dengan konstruksi bangunannya yang kompleks, atau seperti orang yang terjebak dalam indahnya fatamorgana, atau seperti bajak laut yang sedang berusaha keras untuk menembus derasnya ombak saat badai.  Semua itu adalah hal-hal yang sedang aku rasakan.
                Saat di sekolah, aku bertemu dan berbicara dengan Rani. Sesaat aku coba untuk bisa merasakan bahwa Rani adalah Septa, supaya aku bisa membuat topic pembicaraan kita tidak monoton. Upaya ku lumayan berhasil, tetapi setelah kita tertawa kita kembali menjadi personal yang dingin. Berat hati rasanya untuk bisa jujur atas apa yang aku lakukan belakangan ini. Kalau aku sering jalan dengan Septa dan aku sempat merasa jatuh cinta dengannya. Ketika aku merasa sudah cukup berani untuk berkata, tiba-tiba saja luluh dengan tatapan dan senyum Rani yang khas. Rasa iba pun datang dan aku peluk Rani sambil berkata dalam hati. ( <span>aku minta maaf Ran, mungkin aku ga sesempurna yang kamu kira) </span>.
                Setelah itupun aku mengantar Rani pulang ke rumahnya, dan ketika aku hendak pulang dari rumahnya tiba-tiba saja Rani memanggil.
                “Reno !! .. hp km ketinggalan, tadi kan kamu nitip sama aku”
                “Ohh iaa, waduh untung aja Ran makasih ya”
                “iaa, sama-sama”

                Wajah Rani yang tadinya senyum dan bisa merasakan bahagia kok tiba-tiba saja berubah menjadi merenung dan sedih. Ada apa yaa. Itulah hal yang aku pikirkan setelah mengantar Rani pulang ke rumahnya. Apa dia emang punya kelainan dengan perasaan atau memang perasaannya sangat sensitif. Ya sudahlah biarkan, mungkin dia hanya  kecapean karena terlalu sibuk di sekolah.


to be continued

0 komentar :

Posting Komentar