Senin, 01 Agustus 2011

Putih diatas Titik Hitam (3)

...
Rasa kantuk pun datang, tetapi sebisa mungkin aku akan menahannya sampai hujan reda. Karena aku takut aku tidur di rumah Rani dan difitnah yang engga-engga. Tapi tanpa sadar Rani malah memeluku dan menggenggam tanganku. Aku lalu duduk di ruang tengah itu dengannya. Kami terbawa suasana. Terasa takut menyelimutiku sepanjang waktu ini. Aduh sangat sacral suasana ini. Jangan sampai kita berlanjut seperi kejadian di Jogja waktu itu. Rani terus saja mendekapku, karena mungkin dia tahu kalau aku saat ini sedang kedinginan akibat teh tadi.
             “Reen, aku pengen kaya gini dulu yaa..”
            “Iya, emang ada Ran. Kamu ga enak badan?”
            “Bukan, aku ga tau kita setahun kedepan bakal kaya gimana”
            “Iya sih, kita udah mau kelas 3. Dan otomatis kita pasti bakal….hmph”
Rani tiba-tiba saja mendekapku dan tidak membiarkan aku melanjutkan kata-kata dari mulutku
            “Ren jangan bilang kita pisah!! Aku kan udah bilang aku ga suka km bahas kaya gini”
            “Iya iya, maaf aku hampir keceplosan”
            “Makasih ya Ren, kamu udah mau sabar ngadepin aku slama lebih dari setahun ini”
            “Iya sama sama, kan aku gitu karena aku sayang sama kamu Ran…”
Setelah itu kita berbicara layaknya pasangan biasanya, tertawa karena memang ada pembahasan yang dianggap lucu oleh kita.  Sambil ditemani oleh derasnya hujan yang turun, kami berusaha untuk tetap membuat suasana kami berdua hangat tanpa harus berpelukan karena kami takut apa yang akan terjadi selanjutnya. Pada awalnya kami tetap berpegang teguh untuk tidak ada yang tidur sampai orangtua Rani datang. Tetapi tanpa sadar dewa pasir pun menaburkan butiran-butiran pasir yang mana itu akan membuat mataku berat sekali, serta domba-domba pun bermunculan serta melompat di atas kepalaku. Waah aku sudah mulai bermimpi dan tak sadarkan diri. Aku merasakan gesekan hangat di seluruh badanku, lalu gesekan itu berubah menjadi suatu perasaan yang aku belum pernah rasakan sebelumnya. Nikmat tetapi aku merasa risih, apa sih ini sebenernya. Lembab basah serta lengket terasa menyelimuti bibirku waktu itu, apa ini tadi bekas teh yang aku minum. Tetapi aku mulai mendengar suara, suara itu seperti desahan. Semakin lama itu semakin keras keras daaaan mulai berteriak di sekitar telingaku. Dan suara itu adalah
            “Kamu ngapain di sini Reno?!”
            “Waah om, aduh tadi saya nungguin hujan reda eh malah ketiduran”
Aaaah apa yang aku takuti ternyata muncul juga, aduh kenapa tadi aku ketiduran. Jadi runyam gini kan masalahnya.
            “Terus km juga ngapain pake bajunya Rani ?” Tanya ibunya Rani
            “Gini tante, tadi baju saya kena tumpahan air teh. Jadi saya make bajunya Rani”
            “Iya mah, tuh bajunya aku jemur di belakang?”
            “Tapi kamu ngapain tidur-tiduran gitu?” Tanya Ayahnya Rani
            “Tadi ga sengaja ketiduran om, maaf saya malah buat masalah kaya gini”
            “Gitu ya, tapi kenapa tadi Rani megang-megang badan kamu”
            “Pah? Emang aku kaya gitu apa.. ga laah aku kan Cuma dipeluk sama Reno”
            “Yaudah yaudah, jangan sampe kaya gini lagi. Sekarang kamu pulang ya Reno” sanggah Ibunya Rani
            Waduh kejadian ini begitu sangat memalukan, apalagi jika sampai terdengar ke telinga orangtuaku. Waaah mau taro dimana muka saya. !!
            Memang seperti apa yang aku katakana, setiap pasangan akan menerima sebuah masalah untuk menjadi pasangan yang lebih dewasa dari sebelumnya. Tetapi saat ini masalah yang aku hadapi sangat-sangat kompleks. Walaupun kejadian itu hanya sekedar tidur berdua dengan Rani. Tetapi sangat berat tanggunan yang akan aku jalani di depan orangtua Rani.
            Orangtua Rani pasti sangat mengkhawatirkan keadaan Rani setelah kejadian itu. Mereka adalah orangtua yang sangat memanjakan Rani dan melindungi Rani. Walau aku merasa tidak melakukan apa-apa dengan Rani, tetap saja aku takut ketika kami tidur secara tidak sadar kami melakukan hal-hal yang tidak disangka. Yang terlebih aneh lagi, ketika aku tidur aku memang merasa badanku seperi ada yang menggerayangi. Apa itu mimpi atau memang Rani melakukan sesuatu terhadap tubuhku. Biarlah aku tidak mempermasalahkan itu, yang penting aku akan serius untuk kelas 3 nanti aja.
            Masalah ini sudah lewat hampir 2 hari. Kami berdua tidak jalan lagi karena kejadian yang menimpa kami beberapa tempo hari yang lalu. Aku sempat bertanya gimana tanggapan atau reaksi dari orangtua Rani terhadap Rani.
            Tetapi setelah masalah tersebut, kami malah menemukan masalah yang lain. Dipta seseorang brengsek yang kami temui di Jogja waktu liburan waktu itu ternyata pindah rumah dan berdekatan dengan Rani. Waduh, sial ada apa lagi ini. Kenapa mereka malah berdekatan. Kok yaa si Dipta itu pindah rumah di dekat rumah Rani. Kaya Jakarta nih ga ada tempat lain aja.
            Aku sempat khawatir dan menjadi sedikit curiga ketika Dipta mengetahui bahwa Rani adalah tetangganya dan mereka menjadi sering bertemu ketika di warung atau sedang duduk-duduk di teras rumah. Yang terlebih bikin kesel lagi, Rani nya itu nanggepin apa yang dilakukan oleh Dipta. Dengan senang hati mereka bercanda-bercanda tanpa sepengetahuan aku secara langsung.
            Aku mengetahui hal tersebut dari pengintaian aku setelah aku tahu DIpta pindah rumah ke dekat rumah Rani. Tetapi setelah dipikir-pikir aku terlihat bodoh kalau aku melakukan hal ini. Ini sama saja dengan kejadian aku dengan Septa. DI belakang aku bercanda, ketawa dan bersenang-senang tanpa Rani tahu. Sekarang aku malah merasakan bagaimana sedihnya kalau Rani yang melakukan hal itu dengan Dipta.

0 komentar :

Posting Komentar